Haedar Nashir Resmikan Kembali Masjid Bersejarah Ngadinegaran di Sumbu Filosofi Yogyakarta

Yogyakarta, suarapasar.com – Umat Islam di wilayah selatan Kota Yogyakarta, khususnya warga Muhammadiyah, menyambut gembira peresmian kembali Masjid Ngadinegaran. Masjid yang terletak di garis Sumbu Filosofi Yogyakarta ini telah selesai dibangun ulang dan diresmikan langsung oleh Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, pada Jumat (31/10).

“Saya sebagai Ketua Umum PP Muhammadiyah memberikan penghargaan yang tinggi dan terima kasih kepada Pimpinan Muhammadiyah Cabang Mantrijeron dan takmir masjid, seluruh anggota, yang telah membangun kembali Masjid Ngadinegaran yang sangat bersejarah,” ujar Haedar.

Masjid yang berdiri di atas tanah wakaf seluas 577 m² ini pertama kali diresmikan oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah AR Fachrudin pada tahun 1980. Desain arsitektur masjid dibuat dengan nuansa filosofis, termasuk bentuk atap tumpang dan mustaka yang melambangkan tahapan kehidupan menuju kesempurnaan manusia—syariat, tarekat, hakikat, dan ma’rifat. Dalam konteks Islam, makna tersebut sejalan dengan iman, Islam, dan ihsan yang bermuara pada derajat takwa.

Haedar menjelaskan bahwa keberadaan Masjid Ngadinegaran menjadi simbol keterpaduan antara Islam dan budaya Keraton Yogyakarta. Menurutnya, Keraton Yogyakarta memiliki akar dari Kerajaan Mataram Islam, sehingga nilai-nilai Islam masih melekat kuat dalam kebudayaannya hingga kini.

“Tinggal bagaimana kaum muslimin Yogyakarta memaknai, memahami baik kebudayaan maupun syariat Islam dari hal-hal yang subtansi. Bukan berhenti di simbol,” terangnya.

“Simbol itu hanya tanda biar kita ingat. Tapi makna itulah yang akan bermanfaat,” imbuhnya.

Menariknya, masjid yang dibangun kembali dengan biaya sekitar Rp 2,6 miliar ini menjadi masjid pertama di Sumbu Filosofi Yogyakarta. Karena memiliki nilai sejarah dan budaya tinggi, rancangan pembangunan masjid dikonsultasikan terlebih dahulu dengan Dinas Perizinan Kota Yogyakarta dan Dinas Kebudayaan DIY melalui Dewan Pertimbangan Pelestarian Warisan Budaya.

Diresmikannya Masjid Ngadinegaran diharapkan bukan hanya menjadikannya pusat ibadah, tetapi juga ruang untuk kegiatan sosial dan penguatan nilai-nilai keislaman di masyarakat Yogyakarta.

“Masjid ini diharapkan dapat mendidik anak-anak, dan juga menjadi tempat menyebarkan kebudayaan yang berbasis pada nilai-nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Dan membangun relasi sosial dengan semua warga masyarakat yang berbeda agama,” tutup Haedar.(prg,wur)