Pemkot Yogyakarta Perluas Sistem Pembayaran Non-Tunai, 100 Titik Parkir Kini Gunakan QRIS Digital

Gondomanan, suarapasar.com – Pemerintah Kota Yogyakarta terus memperluas layanan pembayaran non-tunai di sektor perparkiran. Pada Senin (6/10/2025), Wali Kota Yogyakarta, Hasto Wardoyo, secara resmi meluncurkan perluasan sistem pembayaran non-tunai (QRIS Parkir) untuk retribusi parkir di tepi jalan umum. Acara berlangsung di Bangsal Mataram, Kantor Perwakilan Bank Indonesia DIY, sebagai bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-269 Kota Yogyakarta.

Setelah sebelumnya diterapkan di 10 titik pada lima ruas jalan, kini sistem pembayaran digital ini diperluas hingga 100 titik parkir yang tersebar di berbagai kawasan Kota Yogyakarta. Dalam sambutannya, Hasto menegaskan bahwa langkah ini menjadi bukti nyata komitmen pemerintah dalam meningkatkan efektivitas pelayanan publik dan memperkuat digitalisasi transaksi keuangan daerah.
“Kesuksesan digital parking ini ada pada para petugas parkir di lapangan. Target kami pada akhir Desember 2025 sudah mencapai 350 titik parkir digital, dan pertengahan tahun depan diharapkan bisa 100 persen atau sekitar 700 titik lokasi,” jelas Hasto seperti dikutip dari laman Pemerintah Kota Yogyakarta.

Program QRIS Parkir merupakan hasil kolaborasi antara Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Yogyakarta dan Tim Percepatan dan Perluasan Digitalisasi Daerah (TP2DD) yang melibatkan Bank Indonesia, Bank BPD DIY, BPKAD Kota Yogyakarta, Dinas Kominfosan, serta Bagian Protokol Setda Kota Yogyakarta.
“Masyarakat ke depan diharapkan menggunakan mobile banking. Kalau bayarnya pakai uang langsung juru parkirnya yang akan membantu memasukkan transaksi ke sistem QRIS,” tambah Hasto.

Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, menyampaikan bahwa digitalisasi perparkiran menjadi langkah penting untuk meningkatkan transparansi, efisiensi, dan profesionalisme dalam pengelolaan retribusi.
“Pembayaran digital ini menjadi ikhtiar kami untuk mengurangi bahkan menghilangkan praktik-praktik yang selama ini merugikan masyarakat, seperti kelebihan bayar atau kesulitan transaksi,” ujarnya.

Agus juga mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 738 juru parkir resmi di Kota Yogyakarta yang telah memiliki surat tugas. “Harapan kita minat masyarakat untuk menggunakan pembayaran QRIS ini semakin meningkat. Transparansi dan penerimaan daerah akan meningkat serta menciptakan profesionalisme para juru parkir melalui pembinaan yang intensif,” jelasnya.

Adapun beberapa lokasi awal penerapan sistem QRIS Parkir mencakup kawasan penyangga Malioboro serta ruas-ruas utama seperti Jalan Diponegoro, Jalan Mataram, Jalan Ahmad Dahlan, dan Jalan Katamso.

Kepala Perwakilan Bank Indonesia DIY, Sri Darmadi Sudibyo, turut menegaskan pentingnya transformasi digital untuk mendukung Yogyakarta sebagai kota smart city, sekaligus memperkuat posisinya sebagai kota wisata dan kota pelajar yang adaptif terhadap kemajuan teknologi.
“Sebagai kota wisata dan kota pelajar, pengunjung Yogyakarta didominasi oleh generasi muda seperti Gen Z dan Gen Alpha yang sangat melek digital. Jadi, sudah sewajarnya layanan publik di Jogja juga bertransformasi ke arah digital,” ujarnya.

Ia juga menekankan bahwa penggunaan QRIS Parkir Digital bukan hanya mempermudah transaksi, tetapi juga meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi pengelolaan retribusi daerah.
“Dengan digitalisasi, semua transaksi akan tercatat dan dapat dipertanggungjawabkan. Ini akan memudahkan pemerintah daerah dalam perencanaan pembangunan karena seluruh data bisa menjadi dasar pengambilan keputusan yang lebih presisi,” paparnya.

Di sisi lain, para juru parkir juga mulai menyesuaikan diri dengan sistem baru ini. Salah satunya, Retno Murti Endang Mardiyah, juru parkir di kawasan Diponegoro, mengaku mendukung penerapan pembayaran non-tunai meski masih perlu waktu untuk beradaptasi.
“Mengikuti kemajuan zaman ya, Mbak. Sekarang memang sudah harus pakai sistem ini. Sebetulnya saya belum pernah pakai karena belum punya kartu banknya, tapi kalau memang harus pakai, saya mendukung untuk Kota Yogyakarta,” ujarnya.

Ia menambahkan, tantangan utama bagi sebagian petugas parkir adalah kurangnya pengalaman menggunakan sistem digital.
“Kendalanya karena belum pernah pakai, jadi belum tahu caranya. Biasanya kalau belanja ya masih pakai uang cash. Tapi semoga ke depan bisa terbiasa dan bisa memakai sistem QRIS ini,” tambahnya.(prg,wur)