Yogyakarta, 7 November 2025, suarapasar.com – Putri Keraton Yogyakarta, GKR Mangkubumi, menjamu Ketua Dewan Prefektur Kyoto Ryuzo Aramaki dan Wakil Gubernur Kyoto Furukawa Hironiri dengan santapan khas Yogyakarta, gudeg lesehan, pada Selasa (4/11). Menariknya, jamuan tersebut tidak berlangsung di restoran mewah, melainkan di Warung Gudeg Ibukota, sebuah warung sederhana di pinggir Jalan Solo, Yogyakarta.
Sebelum acara santap malam, rombongan Pemerintah Prefektur Kyoto terlebih dahulu diterima secara resmi oleh Sri Sultan Hamengku Buwono X di Bangsal Kepatihan, Kompleks Kepatihan Yogyakarta. Pertemuan tersebut merupakan bagian dari peringatan 40 tahun kerja sama antara DIY dan Prefektur Kyoto, yang selama ini terjalin erat dalam bidang kebudayaan, pendidikan, dan lingkungan.
Yogyakarta dan Kyoto dikenal memiliki kesamaan nilai budaya, yakni menjunjung tinggi tradisi, kesederhanaan, serta keseimbangan alam sebagai dasar kehidupan. Kedua wilayah ini juga dikenal sebagai pusat kebudayaan yang mampu menjaga nilai-nilai spiritual di tengah arus modernisasi.
Pada malam hari, sekitar pukul 21.30 WIB, suasana akrab tampak terasa ketika GKR Mangkubumi dan para tamu kehormatan duduk lesehan beralaskan tikar, tanpa meja dan kursi. Diiringi alunan musik pengamen dan riuh kendaraan malam, suasana jamuan makan terasa hangat dan penuh keakraban.
“Ya simpel aja karena saya beberapa kali makan di sini, saya ngajak mereka untuk merasakan makanan yang lokal banget dan sekaligus gudeg ini kan makanan tradisi Jogja,” ujar GKR Mangkubumi.

Wakil Gubernur Kyoto, Hironori Furukawa, menyampaikan apresiasi atas sambutan hangat dan persahabatan yang konsisten antara Yogyakarta dan Kyoto. Ia menilai banyak kesamaan antara budaya Jepang dan Jawa, terutama dalam penghormatan terhadap alam, tata krama, serta kebijaksanaan dalam kehidupan sehari-hari. Ia juga berharap kerja sama kedua daerah dapat diperluas ke bidang lingkungan dan pendidikan generasi muda.
Sementara itu, Murtijah, pemilik Warung Gudeg Ibukota, mengaku tak menyangka warungnya menjadi tempat jamuan pejabat asing. “Kalau dari keluarga Keraton, terutama putri-putri Keraton, memang sering makan di sini. Tapi kalau sampai pejabat Jepang diajak ke sini, saya juga kaget,” ujarnya.
Menu favorit malam itu adalah gudeg dengan lauk paha ayam dan telur bacem, yang menjadi andalan warung tersebut. “Senang sekali bisa dikunjungi sama Putri Dalem (GKR Mangkubumi), apalagi mengajak pejabat dari Jepang. Pokoknya maturnuwun sanget kagem Gusti Mangku, kok nggih kepikiran mriki niku sing kulo rasane mak nyes teng ati,” tutur Murtijah haru.
Jamuan sederhana namun sarat makna ini menjadi simbol kehangatan budaya Yogyakarta serta cara unik memperkenalkan keramahan dan kuliner tradisional kepada sahabat internasional.(prg,wur)






