Tekad Kuat Hidup Lebih Baik, Buruh Serabutan & Penderes Kelapa Siap Ikut Transmigrasi

Kulon Progo, suarapasar.com : Sulitnya mendapatkan pekerjaan membuat Ares warga Bendungan Kulon Progo hanya bisa bekerja serabutan dengan pendapatan yang tak menentu di setiap harinya.

Keterbatasan ekonomi yang dialami menjadi pembangkit semangat, Ares beserta Isti, istrinya mendaftar sebagai peserta transmigrasi dengan tujuan ke Sukamara, Kalimantan Tengah.

“Selama ini kan saya cuma nganggur belum ada pekerjaan karena sulitnya lapangan pekerjaan. Pekerjaannya serabutan saja. Jadi ya, pingin bisa memperbaiki nasib, punya kehidupan yang lebih baik begitu. Supaya bisa menciptakan peluang usaha, ada kesempatan bertani dan berkebun,” kata Ares warga Kauman Bendungan Wates Kulon Progo disela-sela menunggu tes wawancara seleksi calon peserta transmigrasi di Dinas Tenaga Kerja Kulon Progo, Kamis (17/7/2025).

Dengan semangat membebaskan diri dari kemiskinan, Ares bersama istri dan dua anaknya siap menghadapi berbagai tantangan memulai kehidupan di tempat baru dengan liku-likunya.

“Namanya manusia kekhawatiran itu pasti ada. Tapi ya pokoknya mau usaha lah. Toh kan juga kalau lolos seleksi nanti sebelum berangkat kan ada pelatihan. Pasti dibekali sebelumnya. Jadi ya saya, yakin saja lah. Bismillah,” katanya penuh keyakinan.

Isti, istri Ares mendukung penuh keputusan suaminya untuk mendaftar transmigrasi. Apalagi pendapatannya disini sebagai penganyam kerajinan enceng gondok juga tak menentu.

“Awalnya itu yang inisiatif itu Bapak, ya saya mendukung karena memang ingin merubah kehidupan menjadi yang lebih baik. Selama ini kan saya juga cuma ibu rumah tangga, kerjaan ya cuma anyam enceng gondok. Itu pendapatannya kan gak mesti, kadang ada kadang gak,” tuturnya.

Isti berharap bisa lolos dalam seleksi calon transmigrasi ini.

“Seandainya lolos seneng banget. Kebetulan kakek saya juga pernah ikut transmigrasi di Palembang. Sumatera Selatan jaman Pak Harto. Pulang kampung itu bawa mobil. Semoga kami bisa mengikuti jejaknya,” harapnya.

Keinginan mengubah nasib melalui transmigrasi juga diungkapkan Paryanto (44) warga Kalibuko 1, Kalirejo, Kokap yang sehari-hari bekerja sebagai penderes kelapa.

“Pertama mau merubah nasib, kedua mau menghilangkan pekerjaan panjat kelapa, di tempat saya kan keseharian nderes mbak, kan bahayanya itu tidak sebanding dengan pendapatannya. Kalau bisa itu mau berhenti dari penderes ini,” kata Paryanto didampingi istrinya Siti Komariyah (27).

Dijelaskan Paryanto, pendapatan dari menyadap nira kelapa yang ia jalani selama ini hanya dapat digunakan untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari. Padahal ia ingin, ketiga anaknya yang kini masih duduk di sekolah dasar kelas 4 dan kelas 2, serta anak bungsunya yang masih batita 2 tahun 2 bulan memiliki masa depan yang jauh lebih baik.

“Karena saya juga tidak banyak pohon kelapanya, tidak luas juga lahannya, jadi ya kalau nderes itu hasilnya hanya cukup untuk makan sehari-hari saja. Tidak sebanding dengan bahayanya waktu kita memanjat pohon kelapa itu,” tuturnya.

Paryanto berharap bisa lolos seleksi untuk berangkat transmigrasi ke Sukamara. Ia juga siap membawa bibit-bibit tanaman diluar jatah bantuan dari pemerintah.

“Persiapan khusus ya kalau nantinya lolos saya mau bawa bibit-bibit tanaman lah. Nanti apa saja, pokoknya usaha bertani disana. Ya memang belum pengalaman karena walaupun sama-sama petani tapi pekerjaannya kan beda disini sama disana ya, tapi ya pokoknya usaha lah. Semoga bisa,” tutur Paryanto.

Siti komariyah (27), istri Paryanto juga mengaku tidak ada keraguan ketika memutuskan mendaftar transmigrasi.

“Ya karena niatnya ikut suami untuk bisa mengubah nasib. Kalau disini saja ya begini saja. Saya sehari-hari juga cuma ngurus anak, momong, antar jemput sekolah, kemudian ya itu masak legen buat gula,” katanya.

“Kalau seandainya lolos transmigrasi kan ada lahan garapan, semoga ya bisa lebih baik lagi kehidupan kami dan anak-anak kami ke depannya,” harapnya. (Wds/drw)