Penurunan Stunting Lampaui Target Nasional, Pemkot Yogyakarta Jalankan Strategi Sensitif dan Spesifik
Yogyakarta, suarapasar.com : Angka stunting di Kota Yogyakarta tahun 2022 mengalami penurunan 3,3 persen dari tahun 2021 sebesar 17,10 persen menjadi sebesar 13,8 persen.
Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Bidang Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta, Iswari Paramita mengatakan angka ini lebih rendah dari angka nasional yang mencapai 21,6 persen. Bahkan capaian tersebut melampaui target nasional dalam penurunan stunting yaitu 14 persen di tahun 2024.
” Ini angka yang positif, karena target penurunan angka stunting nasional tahun 2024 adalah 14 persen, sementara Kota Yogyakarta sudah berada di angka 13,8 persen,” ujar Iswari Paramita, belum lama ini.
Pihaknya menjelaskan, dalam percepatan penurunan stunting Pemkot Yogyakarta telah menyusun strategi yang dibagi dalam dua intervensi yaitu sensitif dengan porsi 70 persen dan spesifik sebesar 30 persen, dengan memetakan lokasi fokus atau lokus wilayah yang menjadi prioritas.
“Intervensi sensitif itu di luar sektor kesehatan dengan fokus penyediaan air minum dan sanitasi, pelayanan gizi kesehatan, peningkatan kesadaran pengasuhan dan gizi, juga akses pangan bergizi. Sementara intervensi spesifik menyasar langsung penyebab terjadinya stunting yang didominasi oleh sektor kesehatan,” jelasnya.
Paramita menjelaskan saat ini ada 25 lokus pendampingan melibatkan berbagai pihak mulai dari Tim Pendamping Keluarga atau TPK sejumlah 495 yang ada di Kota Yogyakarta, 165 Tim Penggerak PKK, 165 Kader KB dan 165 Bidang yang tersebar di 45 Kelurahan.
“Strategi percepatan penurunan stunting dilakukan bersama lintas sektor dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting atau TPPS, tidak hanya Perangkat Daerah saja tapi juga melibatkan Polresta, Kodim, Baznas, Rumah Sakit Swasta, Kampus dan tentunya masyarakat di tiap wilayah untuk mengintervensi perilaku hidup sehat, pemenuhan gizi, penyediaan sarana prasarana, dan sosial kependudukan,” katanya.
Progam TPPS antara lain Bimo Kunting atau Bersatu Terintegrasi Mewujudkan Yogyakarta dengan Keluarga yang Unggul dan Nol Stunting, Lele Cendol dan Kampung Sayur, Gemar Makan Berbahan Protein atau Gembrot, Pemberian Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus atau PKMK), Ruang Laktasi Portable dan Dapur Balita Sehat, tambah Paramita.
Ketua Pokja 4 TP PKK Kota Yogyakarta, Wieny Sumarah Asih, menyatakan Dapur Balita Sehat diinisiasi pada tahun 2020 saat pandemi Covid-19 terjadi, sebagai program pemberdayaan masyarakat melalui Gerakan Relawan Dapur Balita Sehat Peduli Covid-19 Ngluwihi Mbagehi, sebagai upaya pemantauan tumbuh kembang balita di masa pandemi dan penekanan stunting.
“Program tersebut disambut baik oleh masyarakat, selaras dengan program Pemkot dalam upaya percepatan penurunan stunting menuju Kota Yogyakarta zero stunting. TP PKK Kota Yogya mengambil peran pada pemberdayaan masyarakat melalui semua Pokja, untuk membantu percepatan penurunan stunting,” jelasnya.
Wieny menambahkan Pokja 1 menitikberatkan pada pendidikan pola asuh dalam keluarga.
” Kemudian Pokja 2 peningkatan kesejahteraan keluarga dan pendidikan anak usia dini, Pokja 3 pemberian penganekaragaman makanan dengan gizi seimbang, serta Pokja 4 pemberian edukasi pola asuh bayi dan balita,” pungkasnya. (wds,prg)